“Seeing is believing” atau “believing is seeing”

21.30 / Diposting oleh We Are Evolution /

“Seeing is believing” atau “believing is seeing”

Tugas Ini Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembangan Organisasi






Oleh:

Akbar F1B006022

Maya Sri Rahayu F1B008004

Anisa Pramitrasari F1B008036

Triyana Risky I. F1B008059

Nena Andhini S. F1B008086

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

ILMU ADMINISTRASI NEGARA

PURWOKERTO

2010

Seeing is believing atau believing is seeing

Believe yang berarti percaya dan seeing yang berarti melihat akan dijelaskan dalam bab ini, di mana ke dua kata tersebut akan memiliki makna yang berbeda bila susunannya di ubah, antara seeing is believing atau believing is seeing. Pada pilihan kalimat pertama seeing is believing memiliki arti melihat adalah percaya, sementara itu pada kalimat yang kedua believing is seeing berarti percaya adalah melihat. Kalimat ang pertama tidak begitu memiliki pengaruh besar bagi suatu perubahan, karena makna dari kalimat tersebut adalah seseorang baru akan percaya ketika ia telah melihat. Sementara kalimat kedua believing is seeing memiliki konsep perubahan yang sangat kuat, karena dari kalimat itu dapat diartikan percaya merupakan hal pertama, dengan percaya maka akan mampu melihat, konsep kedua itu yang akan dijelaskan secara rinci dalam penjelasan di bawah berikut.

Sebagai contohnya, begitu simple yaitu mengenai prinsip keimanan dalam beragama yang ternyata begitu mengakar kuat dalam konsep manajemen perubahan. Prinsip tersebut menekankan believe (percaya) untuk mampu melihat perubahan. “percaya saja maka Anda akan melihat”. Tuhan yang tak berwujud dan tak terlihat secara kasatmata akan tampak dan bisa dirasakan kehadiran-Nya kalau kita percaya. “believing is seeing” demikianlah perubahan, yang dalam banyak hal tidak mudah dibaca secara kasatamata. Sebagian orang melihat tetapi yang lain tidak, sedangkan yang melihat saja belum tentu bergerak kalau ia tidak percaya atas apa yang telah dilihatnya.

Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa “percaya” memiliki peran utama dalam perubahan, terlebih bagi seorang pemimpin kepercayaan merupakan salah satu kunci keberhasilan seorang pemimpin. Tetapi untuk mendapatkan kepercayaan bukanlah hal yang mudah. Tidak semua orang bisa begitu saja percaya, dan sebagian lagi yang kritis yang baru akan percaya kalau melihat bukti.

Lalu pertanyaan selanjutnya adalah, manakah yang lebih penting: komitmen mengikuti keberhasilan perubahan atau komitmen yang mendorong keberhasilan perubahan. Maka jawabannya adalah komitmen yang mendorong keberhasilan. Kita semua bisa berhasil kalau semua orang komit. Komitmen mendorong kepercayaan dan semangat kerja. Tanpa ada komitmen mana ada pergerakan menuju perbaikan. Sebagai contoh lihatlah mereka orang-orang perantauan sukses dalam bisnis. Karena mereka mengatakan sukses diraih karena kerja keras, kejujuran dan keuletan. Kerja keras, jujur dan ulet merupakan pelaksanaan dari komitmen.

Prinsip di atas tentu saja hanya berlaku dalam masyarakat altruistik, yaitu masyarakat dengan kerelaan berkorban yang besar, dengan nilai-nilai sosial (social capital) yang kuat. Orang berani berkorban karena percaya pada orang lain, bahwa merekapun rela berkorban. Persoalannya akan menjadi lain dalam masyarakat yang kulturistiknya bertolakbelakang dengan yang disebutkan di atas (altruistik). Masyarakat ini kita sebut cenderung selfish, yaitu masyarakat yang mengedepankan tuntutan diri/kelompoknya masing-masing. Masyarakat ini cenderung penuh kecurigaan dan selalu dibayangi rasa takut kehilangan. Dalam masyarakat yang demikian, sulit diperoleh komitmen secara cuma-cuma. Dengan kata lain masyarakat tipe ini membutuhkan reward di muka, berupa bukti-bukti yang dapat mereka lihat, sebelum memberikan komitmennya. Dalam masyarakat ini, perubahan lebih sulit dilakukan karena mereka baru mau berubah kalau ada bukti-bukti. Dengan demikian, kita melihat ada unsur komitmen yang melekatkan hubungan percaya dan melihat, dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut:

Oval: PERCAYA
Oval: KOMITMEN


Masyarakat Altruistik : Percaya Melihat

Masyarakat Umum

(Cenderung Selfish) : Melihat Percaya

Bagaimana pun juga perubahan membutuhkan komitmen. Bagi pemimpin yang berada dalam masyarakat altruistik, komitmen dapat mudah diperoleh. Sebaliknya dalam masyarakat yang ikatan sosialnya melemah atau selfish, harus dimulai dari sebuah kelompok kecil yang saling percaya. Kelompok ini harus dapat menunjukan bukti-bukti kemajuan dan keberhasilan untuk memperoleh dukungan yang lebih besar. Bukti-bukti itu dinyatakn dalam bentuk pemberian kenikmatan-kenikmatan tambahan seperti bonus, fasilitas, keterangan kerja, pemulihan reputasi, dan imbalan non-material.

Mulailah dari Hal Kecil yang Memberikan Dampak Besar

Abdul Gani sewaktu menjadi CEO Garuda Indonesia, menemukan sesuatu yang luar biasa, yaitu ketepatan waktu. Baginya ketepatan waktu adalah sesuatu yang mudah dicapai denagn biaya yang murah. Dan orang-orang bisnis yang menjadi sasaran utama Garuda sangat mengutamakan waktu. Dan setelah berhasil mencegah perdarahan di tubuh Garuda ia segera membenahi ketepatan waktu. Caranya sangat sederhana yaitu dengan menentukan angka ketepatan waktu sekarang, menetapkan target setiap bulan, komunikasi, dan memberikan imbalan merata kepada detiap karyawan. Ketepatam waktu merupakan merupakn hasil kerja team. Hasilnya adalah angka ketepatan waktu Garuda menungkat dan berhasil memperoleh penghargaan internasional. Maka mulailah dengan hal-hal yang kecil tetapi menimbulkan dampak yang besar.

Dalam masyarakat pluralistik semakin dibutuhkan bukti-bukti yang dapat dilihat untuk menyajikan perubahan. Bahkan dalam masyarakat pluralistik sekalipun komitmen harus dapat dibangkitkan oleh orang-orang yang bisa memvisualkan perubahan yang terjadi sehingga mudah diterima. Karena manusia memerlikan sesuatu yang kongkret.

ANDA ADALAH APA YANG ANDA PERCAYAI

Selain pandangan (belief) tentang komitme, keberhasilan perubahanjuga ditadai dengan kepercayaan-kepercayaan lainyang melekat pada setiap individu. Mc Lagan (2002) membedakan antara “old belief” dengan “new belief” yang berlaku dalam manajemen perubahan. Old belief merupakan nilai atau kepercayaan yang umumnya berlaku dalam suatu komunitas yang dipercaya sebagai sebuah kebenaran sekalipun menghambat untuk memunculkan perubahan. Dan untuk mendorong timbulnya perubahan diperlukan pandangan-pandangan atau kepercayaan baru. Adalah tugas eksekutif atau pimpinan untuk mengubah “old belief “menjadi “new belief”.

Bagan Old Belief dan New Belief dalam Menciptakan Perubahan

Pandangan Tentang Sesuatu Hal

Old Belief

New Belief

Yang dimaksud dengan Normal

Resistensi atau keengganan untuk berubah

Kapan perubahan dimulai

Bagaimana perubahan dikelola dan bergerak

Peranan pemimpin formal

Peranan para pengikut (follower)

Stabil adalah “Formal”, perubahan adalah pengecualian

Resistensi dan emosi-emosi negatif akan menyabotase/menghalangi perubahan

Sesuai dengan rencana, atau ketika kita ditekan oleh lingkungan

Ia bergerak secara bertahap, terencana, mengikiti garis linier, dan secara rasional

Pemimpin harus mendorong perubahan dan menjadi “role model” unruk proses

Perubahan

Sekedar pelaksana dengan wewenang terbatas dan tidak berkepentingan terhadap jangka panjang

Baik stabilitas maupun perubahan adalah sama-sama normal

Resistensi adalah bel bangun pagi (a wake up call) yang mengingatkan

Perubahan telah terjadi bahkan sebelum kita kita mampu melihatnya

Ia bergerak secara siklus dan lingkaran melewati gelombang demi gelombang

Pemimpin adalah co-learners dalam proses perubahan

Pengikut memiliki wewenang dan peran yang sangat besar

Keadaan yang Normal

Pandangn lama menyatakan normal adalah stabil dan dalam keadaan stabil sesuatu dapat diramalkan dan manusia bergerak secara linear. Teknologi digital telah membuat semuanya berubah, cepat berpindah, dan menimbulakn kejutan-kejutan dimana-mana. Dan di era ini, dunia sudah tidak mengenal istilah stabilitas. Informasi bergerak bebas dan sulit dikendalikan. Yang disebut normal dalam era ini adalah bukan hanya stabil, tetapi juga suasana yang berubah, kadang ia bergerak ke atas, lalu tiba-tiba turun lagi dalam waktu yang relatif cepat.

Resistensi Terhadap Perubahan

Habit telah mengunci otak manusia. Jika sesuatu diubah tanpa sepengetahuan, maka manusia bisa mengalami suasana negatif dan emosional. Dan perasaan-perasaan tersebut dapat menghambat penerimaan bahkan dapat menyabotase perubahan. Dibutuhkan pandangan baru yang melihat resistensi sebagai sesuatu yang bebeda. Dalam pandanagn baru itu manusia bisa disadarkan dan diajak berubah sepanjang keasadaran itu datang dari dirinya.

Waktu untuk Berubah

Pandangan lama mengatakan kita harus menunggu sampai perubahan benar-benar tampak di depan mata dan harus dilakukan sesuai dengan rencana, lalu kemudian baru berubah (reactive change). Dalam pandangan baru, asumsi tersebut sudah diangaap tidak valid lagi. Perubahan telah terjadi, bahkan sebelum kita rencanakan dan kendalikan.

Gerakan Perubahan

Pada waktu lingkungan masih bersifat ramah, pemerintah begitu kuat, independen variables cenderung terkendali. Dan saat itu arah perubahan relatif dapat diduga karena bergerak secara linear. Namun dewasa ini situasi telah berubah. Pemerintah sudah tidak sekuat dulu, kekuasaan telah didesentralisasi, pengawasan dari publik begitu kuat, dan persaingan terbuka lebar. Dan independebt variable menjadi sangat luas dan bergerak liar. Maka arah perubahan tidak lagi linear melainkan sirkuler, berputar-putar berbentuk siklus.

Peranan Pimpinan Formal

Dalam lingkungan bisnisyang stabil, pemimpin formal cenderung dominan dan menentukan kemana arah organisasi. Ia menjadi “role model” yang digugu dan ditiru. Namun dalam lingkungan yang dinamis, pemimpin formal belum tentu mewakili kesempurnaan. Kompleksitas lingkungan menuntut pengetahuan yang yang sangat luas. Dan peminpin harus mampu memanfaatkan keahlian bawahan. Jadi pemimpin disini lebih berperan sebagai co-learners yang bersama-sama dengan bawahan mengeksplorasi berbagai kemungkinan dan menjawab tantangan bersama-sama.

Peranan Pengikut

Dalam era pemimpin formal sebagai “role model”, para pengikut relatif tidak banyak suara dan tidak didengar. Namun dalam era pemimpin sebagai co-learners, bawahan pun menjadi co-learners yang sama-sama mengeksplorasi berbagai kesempatan. Jadi bawahan menjadi mitra dalam perubahan dan kemajuan. Dan keberhasilan akan datang jika pemimpin dan bawahan sama-sama berkomitmen.

Dengan demikian jelas bahwa cara pandang lama (old belief) dalm melihat perubahan dapatmenjadi batu sandungan dalam strategi perubahan. Oleh karena itu, sebelum melangkah lebih jauh, ada baiknya cara pandang yang baru diintroduksikan lebih dulu, didiskusikan, sehingga menimbulkan kesadaran baru.

TERPERANGKAP MASA LALU

Melihat berarti menyaksikan dan merasakan adanya “gap” antara apa yang telah?sedang dilakukan dengan apa yang seharusnya dilakukan. Dlam kaitannya ternyata tidak semua orang yang matanya “terbuka dan melihat” mampu melihat dan berubah. Orang-orang ini terperangkap dalam pandangan masa lalu. Mengapa hal itu dapat terjadi?menurut Black and Gregersen (2002) Suatu usaha akan mati bila berada dalam bisnis yang salah dan membuat produknya dengan buruk. Contohnya adalah kalau usahawan indonesia saat ini ada yang berani masuk dalam industri pembuatan seluler bertekhnologi analog misalnya, jelas ia akan berada dalam ruang wrong business. Sebab konsumen sudah tak menghendaki telepon analog lagi dan telah beralih ke teknologi digital (GSM).

Dalam perusahaan yang mampu tumbuh dan berkembang dengan baik tentunya tidak terlepas dari hambatan dan pesaing muncul. Pesaing tersebut berusaha mencari celah untuk masukdan bagi mereka cara terbaik untuk masuk adalah dengan mendekonstruksi teknologi dengan cara pemasaran yang baru pula. Dengan menerapkn sistem tersebut maka secara otomatis akan mampu melahirkan wirausahawan baru dengan berbagai inovsi dn ide-ide yang baru pula. Contoh konkretnya dapat kita lihat dalam perkembangan ekspor indonesia saat ini. Teh yang dulu dijadikan sebagai barang ekspor andalan milik indonesia, sekarang nilai jualnya sangat anjlog. Hal itu terjadi karena selama ini indonesia mengandalkan pada ramuan the tradisional sedangkan saat ini banyak sekali produk-produk pengganti the seperti produk yang diproduksi di negara-negara seperti korea selatan yang mampu menciptakan ginseng dalam bentuk teh (teh ginseng). Selain itu Jepang pun sekarang ini sedang gencar-gencarnya menjelaskan betapa pentingnya teh hijaunya yang berkhasiat tinggi dan jepang pun memasarkan produk tersebut dalam bentuk kaleng dan ice cream. Yang nilai tambahnya jauh lebih tinggi dari sekedar komoditas seperti pelaku bisnis di Indonesia.

MENYAJIKAN KONTRAS

Penting sekali mengubah pandangan-pandangan eksekutif dari waktu ke waktu. Hindarkan kompleksitas dalam membandingkan. Berpikir kompleks akan menimbulkan keletihan-keletihan yang akhirnya menghalangi tindakan. Ibaratnya, Anda adalah seorang ekonom senior yang sangat dibutuhkan di negeri ini. Contohnya; dalam pemilihan presiden dihadapkan pada lima kandidat presiden, Anda akan bingung kandidat mana yang terbaik menjadi pilihan Anda, apalagi ditambah dengan adanya pasangan kandidat presidennya, mungkin Anda suka dengan Capres A tapi tidak suka dengan Wapresnya atau mungkin sebaliknya.

Untuk memudahkan tindakan maka manusia cenderung bertindak dengan hanya mengambil dua kandidat saja dan mengkontraskannya. Sebagai contoh: Pembaharuan di Universitas (kasus Beaver College) yaitu dikejutkankannya penurunan minat kuliah di universitas tersebut. Universitas ini dikenal dengan kampus perempuan dan citranya terus merosot serta dikenal sebagai kampus kampus tua yang terlalu serius.

Bagan: Kontras Kampus Lama-Kampus Modern

Beaver College

(Kampus Lama)

Kampus-Modern

Sasaran Pasar

Citra

Penyampaian

Gedung

Pengajar

Pendekatan

Suasana

Komunikasi

Jender (perempuan)

Tua, serius, berat, tidak ada kehidupan

Serius, classical

Tua, kusam, besar, ornamentalis

Otoriter, dominan, menjemukan

Local

Hanya belajar

Sekadar pengumuman, fungsional

Tidak ada preferensi jender, prinsip equality

Muda, energetic, sekolah bukan melainkan untuk mempertua diri, melainkan meningkatkan kapasitas dan kapabilitas dengan menyenangkan (fun, enjoyment, leisure)

Dialogis, keterlibatan, mempermudah, menyenangkan , IT-based

Baru, segar, minimalis,multifunction

Demokratik, partisipatif, bergaya muda, smart

Global

Work- leisure-learning

Bersahabat, jemput bola, menunjukkan suasana kehidupan kampus yang menyenangkan

Dengan melihat table diatas, bisa dilihat bahwa Beaver College mulai menerapkan strategi perubahan dengan lebih berani. Yang targetnya adalah merekrut lebih banyak mahasiswa yang lebih berkualitas.

Dalam kasus yang lain juga, para eksekutifnya diajak melihat dan mengalami sendiri perubahan-perubahan itu agar mereka tidak bisa lari dari kenyataan baru, dan percaya. Teknik ini dikenal dengan istilah Inescapable Experience; di Perusahaan Samsung Electronics mengajak para karyawan senior berkunjung ke Amerika, tetapi bukan untuk liburan tetapi untuk memberikan pandangan terhadap mereka bahwa produknya selama ini yang menjadi raja di negaranya tetapi di Amerika mereka harus melihat kenyataan, kalau produknya bukanlah produk yang paling diminati oleh konsumen malah menjadi produk yang murahan, mereka yang melihat kenyataan itu tidak dapat mengelak, oleh karena itu kunjungan lapangan seperti itu tentu harus dikelola dengan baik, dipetakan, dan diagendakan secara terstruktur dan jelas. Kunjungan itu seharusnya dilakukan dengan wajar agar nantinya tidak ada fakta yang sudah dimanipulasi. Mereka juga perlu di ubah pandangan-pandangan lamanya tentang makna perubahan dan cara menyikapinya. Tanpa upaya mengubahnya maka sekalipun “melihat” manusia belum tentu percaya.

BELIEVING

Apakah dengan “melihat kontras” dan menyadari bisnis yang ditekuni telah berada dalam kuadran yang salah yang otomatis mengubah “belief” seseorang? Orang-orang yang hebat tidak akan mencoba sesuatu yang baru “smart people don’t try new tricks” ( Black & Gregersen ).

Orang-orang yang hebat dalam membuat dan memasarkan produk yang pernah mengalami kejayaan tentu tahu persis bahwa mencoba sesuatu yang baru itu penuh resiko, dan di anggap pasti banyak kesulitan, belum tentu berhasil, dan sudah ada orang lain yang lebih dulu mengeksplorasi teknologinya.

Terperangkap dalam komoditas

Kasus terperangkap dalam keberhasilan masa lalu juga dialami oleh para pengusaha berbasis agro di Indonesia. Misalnya, produsen kacang Indonesia dari waktu ke waktu hanya membuat kacang garing saja. Padahal, nilai tambahnya dapat diperbesar dengan membuat aneka produk berbasis kacang, seperti minyak goreng kacang, bahan pembuat parfum dan kosmetik, peanut butter, dan sebagainya.

Pengalaman tersebut tampaknya tidak terlalu sulit untuk dilakukan pengusaha di Indonesia, tetapi sampai hari ini tidak banyak yang melakukannya. Atau mungkin orang Indonesia sudah sangat puas dengan bisnis komoditas yang gampang dilakukan, namun gampang ditiru.

Kebanyakan orang di luar negeri menganggap pengusaha di Indonesia malas. Penjelasan kata “malas” di anggap sebagai kurang adanya belief (Black & Gregersen ).

Suatu ketika bisnis yang sudah baik akan masuk ke dalam wrong business. Supaya keluar dari perangkap ini, eksekutif harus diajak melihat kontras dan mengubah cara pandangnya ( conceiving ). Dan untuk kembali memasuki bisnis yang dibutuhkan pasar ( do the right thing ) eksekutif perlu diajak percaya ( believing ).

Believing artinya bukan sekedar percaya,tapi bergerak, dan menjalankan apa yang dipercayainya. Ia mungkin akan menghadapi hambatan, dan kinerjanya pasti belum sempurna benar. Justru di sinilah diperlukan suatu rasa percaya yang kuat karena seseorang yang mencoba sesuatu yang baru canderung akan tampak kurang cerdas. Baru setelah ia melakukannya sekian lama kinerjanya akan membaik (achieving ) dan mungkin akan kembali ke kondisi pertama yaitu wrong business dan berlanjut seterusnya.

34 komentar:

Comment by Success Leader (Organization Development) on 12 Mei 2010 pukul 20.23

pastinya seorang manusia untuk dapat berubah menjadi personal yang lebih baik yaitu elemen yang pertama dikerjakan yaitu percaya dan yakin akan suatu perubahan yang lebih baik,hal itu nantinya akan mempermudah proses perubahan manusia menjadi lebih baik asalkan yakin pada kemampuan yang dimilikinya.
kami dari succes leader.
mampir di blog kami ya teman.
pengembanganorganisasikelompok11.blogspot.com
kami tunggu kedatangan anda..
semoga anda-anda sekalian tambah sentosa.

Comment by Sokawera Village on 13 Mei 2010 pukul 13.08

Didalam Kerjasama Sebuah Team, dibutuhkan Kepercayaan satu sama lain diantara anggota team.
Biasanya inilah salah satu masalah atau faktor penghambat bagi perubahan suatu team ke arah yang lebih baik lagi.
Karena seorang anggota dapat mempercayai anggota yang lain kalau saja anggota yang lain tersebut bisa memperlihatkan hasilnya terlebih dahulu.
Jarang sekali ada anggota yang bisa begitu saja percaya terhadap anggotanya yang lain tanpa harus melihat hasilnya terlebih dahulu dari anggotanya yang lain.

Tolong berikan komentar pada Blog kami ya.. Terimakasih

Comment by We Are Evolution on 13 Mei 2010 pukul 23.17

Akbar (F1B006O22)

komentar untuk succes leader:
terima kasih atas tanggapannya yang diberikan untuk kelompok kami, tetapi selain berbentuk tanggapan alangkah lebih baiknya bila memberikan pertanyaan kepada kami dari resume yang telah kami buat, yang nantinya sebisa kami akan kami jawab..

terima kasih banyak.

Comment by We Are Evolution on 13 Mei 2010 pukul 23.20

Akbar (F1B006022)

Komentar untuk kelompok 9(we are kaizen)

terima kasih juga atas tanggapan yang telah diberikan kepada kelompok kami, kamipun masih mengharapkan dari kelompok sembilan untuk tetap memberikan postingannya kepada kelompok kami, dan alangkah baiknya apabila postingan yang diberikan yaitu dalam bentuk pertanyaan atas resume yang telah kami buat yang nantinya akan kami jawab..

terima kasih.

Comment by Sokawera Village on 14 Mei 2010 pukul 02.37

Terimakasih, sudah diberikan kesempatan untuk bertanya.

Kami ingin bertanya, dari materi ringkasan yang kalian buat dengan Judul “Seeing is believing” atau “believing is seeing”
Kelompok kalian sendiri, lebih memilih mana? melihat dahulu baru percaya atau percaya dahulu baru melihat ??
Berikan contohnya di dalam kesehari harian kalian di dalam bersosialisasi di lingkungan kalian ?

Terimakasih

Comment by Evolution Group on 14 Mei 2010 pukul 07.00

Anisa Pramitasari (F1B008036)

Terimakasih kpd we are kaizen atas pertanyaanya.

menurut saya yang terpenting dalam menciptakan suatu perubahan adalah komitmen, komitmen tersebut dapat kita peroleh dengan kita percaya bahwa kita mampu menciptakan perubahan. apabila komitmen tersebut dapat kita pegang sebaik mungkin maka pada akhirnya kita akan melihat adanya suatu perubahan.

conthnya :
ketika kita menghadapi ujian semester, dalam benak kita apabila kita percaya optimis akan mendapatkan hasil yang maksimal maka dalam proses pembelajaran sampai ketika detik-detik menjelang ujian berlangsung akan muncul komitmen yang kuat dan komitmen itulah yang akan mengantarkan kita untuk merubah nilai-nilai mata kuliah kita.

Comment by ki hajar dewantara on 14 Mei 2010 pukul 20.44

perubahan bisa dicapai dengan adanya suatu komitmen yang kuat,, komitmen tersebut harus berasal dari seluruh stakeholder dalam organisasi atau perusahaan yang bersangkutan, karena jika hanya pemimpin saja yang mempunyai komitmen untuk adanya perubahan maka kurang dapat menguatkan dalam pencapaian hasil dari perubahan yang dilakukan

terima kasih
kami klompok "ki hajar dewantara"
sukses ya buat kelompok we are evolution
comment di blog kami juga ya
teamleader24.blogspot.com

Comment by Kaizeen on 14 Mei 2010 pukul 20.47

saya mau bertanya mengenai resume kelompok kalian mengenai seberapa besar dan seberapa penting peranan pengikut dalam sebuah perubahan?dan saya minta alasannya.

terimakasih ^_^

Comment by We Are Evolution on 14 Mei 2010 pukul 20.54

Akbar (F1B006022)

Terima kasih atas pertanyaan dari kelompok we are kaizen, saya ingin menambahkan jawaban dari rekan saya anisa, kalau saya pribadi bila saya disuruh memilih, saya akan percaya terlebih dahulu baru melihat artinya saya lebih memilih believing is seeing, karena dalam kehidupan sehari-haripun saya lebih mempercayai akan suatu hal baru setelah itu saya pun akan melihat perubahan itu,
contoh real yang pernah saya alami adalah ketika saya memilih untuk bergabung ke organisasi ESOF(bahasa inggris club), organisasi tersebut sudah lama tidak ada kepengurusannya dan bisa dikatakan mati suri semenjak empat tahun terakhir, tapi saya percaya kami bisa membangun kembali organisasi itu, dan pada akhirnya perubahan itu terlihat, karena kini organisasi ESOF sudah kembali ada dan dikenal oleh banyak fakultas dan eksis melakukan kegiatan2 di bidangnya.

nah, di antara itu memang terdapat komitmen, sama seperti yang dikatakan oleh rekan saya anisa, komitmen itu memang penting, di antara percaya dan perubahan terdapat variabel komitmen,kitapun bisa melakukan perubahan karena didukung dengan komitmen, bahwa kita bisa melakukan perubahan ke arah yang lebih baik, hal itupun dibuktikan dengan komitmen yang kami punya yang kemudian diaplikasikan ke dalam tindakan.

Comment by Sokawera Village on 14 Mei 2010 pukul 22.30

terimakasih untuk Anisa dan Akbar atas jawabannya.
Tetapi kami ingin bertanya kembali pada Anisa Pramitasari, anda sensiri lebih memilih mana? "Beliving is seeing" atau "seeing is beliving" ??
Dan sertai contohnya ya, dalam kehidupan sehari - hari anda. Kami bertanya lagi, karena anda tadi tidak menjawab apa yang kami inginkan.

Terimakasih

Comment by We Are Evolution on 14 Mei 2010 pukul 23.27

Akbar (F1B006022)

Jawaban atas pertanyaan Kaizen:
Di dalam kehidupan masyarakat, selalu dapat ditemukan adanya pemimpin (leader) dan pengikut (pengikut), adanya kepemimpinan (leadership) dan kepengikutan (followership). Sehubungan dengan itu dapat dikatakan bahwa pemimpin dan kepemimpinan adalah gejala sosial (social/group phenomenon).

Pemimpin itu jumlahnya tidak banyak, tetapi sangat besar pengaruhnya terhadap hidup dan kehidupan kelompok. Tanpa adanya pemimpin tidak akan ada organisasi dan perkembangan sosial. Namun demikian tidak akan ada pemimpin yang tanpa pengikut. Pemimpin dan pengikut adalah dwitunggal yang dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan.

Setiap individu memiliki kedua status tersebut, artinya dalam situasi tertentu seseorang dapat berstatus sebagai pemimpin, dan pada situasi lain berstatus hanya sebagai pengikut.
Sementara itu peran pengikut adalah:

Pertama strategic implementor. Di sini pengikut berperan sebagai pihak yang mengimplementasikan hal-hal yang strategis dalam kegiatan operasional organisasi sehari-hari.

Kedua, follower as the leader. Walaupun posisinya dalam organisasi adalah sebagai pengikut, namun ia juga melaksanakan kegiatan kepemimpinan. Misalnya, seorang pengikut juga harus mempunyai inisiatif, melakukan kegiatan pengambilan keputusan, dan lain sebagainya. Hal ini terjadi karena dalam konsep quantum leadership terdapat pendelegasian tugas dari pemimpin kepada pengikutnya.

Ketiga, source of information. Pengikut berfungsi sebagai sumber informasi bagi pemimpinnya. Dalam bahasa pemasaran, hal ini biasa disebut sebagai “market intelligence”. Ia harus mampu mem-back up­ pemimpinnya sehingga pemimpin organisasi tidak ketinggalan informasi atas apa-apa yang terjadi di dalam ataupun di luar organisasi.

Keempat, feedback provider. Pengikut “wajib” menyediakan umpan balik bagi kegiatan yang dilakukan oleh pemimpin organisasi. Hal ini penting untuk menjaga agar organisasi berjalan di jalur yang benar.

Kelima, friend and partner. Sebagai pengikut, ia juga berfungsi sebagai teman dan mitra kerja dari pemimpin. Tanpa adanya dukungan pengikut, mustahil pemimpin akan mampu membawa organisasi kepada keberhasilannya.

semoga anda puas...
terima kasih...

Comment by Dodi Faedlulloh on 15 Mei 2010 pukul 06.42

Salam dialetika...

Maaf sebelumnya, sekedar ikut nimbrung. Saya begitu memberikan apresiasi yg sgt besar kepada kawan-kawan yg sudah membuat blog ini. Semoga blognya tidak sekedar karena tugas semata yang kemudian akan dilupakan begitu saja. Alangkah lebih baiknya setiap orang dalam kelompok ini masing-masing membuat blog pribadi yang nantinya dijadikan sbg media bertukar pikiran. Keren kan ?

Harus diketahui salah satu kelemahan dari para intelektual muda (baca:mahasiswa)di negeri kita adalah kurang minatnya terhadap kegiatan menulis. Semoga ini bisa dijadikan sbg momentum yg pas bagi kawan-kawan utk kembali menumbuhkan rasa semangat dalam menulis, tulislah apa yg ada dalam benak kawan-kawan, mau itu kritik sosial,budaya,politik atau sekedar curhatan belaka. Tidak perlu terpaku dan terpenjara kedalam dunia akademik yang kawan-kawan jalani, yang penting saat ini adalah biasakan menulis.

Marilah jadi intelektual muda yang transformatif !!

Salam

Comment by We Are Evolution on 15 Mei 2010 pukul 07.21

Nena Andhini F1B008086

Trimaksih atas saran yang diberikan oleh sdr.Dodi Faedulloh...saran yang sangat membangun dan memberikan motivasi agar kami menjadi lebih kreatif...
salam

Comment by We Are Evolution on 16 Mei 2010 pukul 20.50

Maya Sri Rahayu
F1B008004

Menanggapi komentar dari A' Dodi Faedulloh, terimakasih sebelumnya atas apresiasinya pada blog kami. Momentum ini saya jadikan sebagi awal dari eksistensi kami di dunia maya dalam hal tulis-menulis. Dalam hal ini kami mencoba memanfaatkan kemajuan teknologi yang ada sebagai sarana dalam mempermudah arus informasi dan pengetahuan yang kelompok kami buat...

WELCOME TO THE PLANET...
WELCOWE TO THE EXISTENCE...

Comment by We Are Evolution on 17 Mei 2010 pukul 05.05

anisa f1b008036

sebelumnya saya mohon maaf pada we are kaizen karena saya belum menjawab seperti yang anda-anda inginkan.

dari statement yang telah saya paparkan sebelumnya jelas sekali bahwa saya lebih memilih "believing is seeing" dengan percaya maka saya akan mampu melihat perubahan.
untuk contoh atas pernyataan saya sebelumnya saya sudah menjawab dan menjelaskan. mungkin belum sempat terbaca penuh oleh anda, silahkan monggo dikoreksi kembali pada komentar saya yang lalu.
matur nuwun.....

Comment by We Are Evolution on 17 Mei 2010 pukul 05.14

anisa

maaf sebelumnya temen-teman, saya salah ngepostkan komentar...
trimakasih

Comment by Sokawera Village on 17 Mei 2010 pukul 08.27

anisa, komentar anda tolong di post kan kembali pada kelompok kami di tempat yang sebenarnya bukan di nama kelompok kami tapi di ringkasan materi kami, agar para pembaca yang lain dapat mengerti dan nyambung . terimakasih

Comment by We Are Evolution on 17 Mei 2010 pukul 23.12

Akbar (F1B006022)

Sayapun mengucapkan terima kasih kepada rekan saya, sdr. dodi faedlulloh yang telah memberikan apresiasinya untuk blog ini, semoga benar bahwa blog ini dapat memberikan inspirasi, manfaat atau motivasi dalam bentuk lainnya,

menulis memang bukanlah hal yang mudah, mungkin bila sekedar menulis saja bisa di lakukan oleh siapapun, akan tetapi bukan itu tujuan dari menulis, tapi paling tidaK dengan hadirnya blog ini kami telah memiliki media untuk menulis.

Kami mengakui bila saat ini kami masih belajar dan belajar untuk menulis, menulis yang bukan hanya menampilkan tulisan, akan tetapi memberikan tulisan yang memiliki substansi dan makna.

ditunggu komentar lainnya ya dod..

Comment by kelompokcentury on 19 Mei 2010 pukul 00.52

Galih Ruby S F1B008060

terima kasih atas ucapannya.

menurut saya analisis turnaround untuk kondisi bangsa kita saat ini memang sangat dibutuhkan karena perlu adanya suatu perubahan atau berputar haluan guna mengatasi sistem dalam bangsa ini yang carut marut walau memang membutuhkan waktu.
dalam masalahnya dengan kondisi sosial birokrasi kita memang perlu adanya suatu perubahan guna mendapatkan suatu sistem birokrasi yang berjalan dengan baik dan tidak terdapat lagi kebobrokan dalam sistem birokrasi bangsa ini.

Comment by The Wind Of Change on 19 Mei 2010 pukul 21.58

Sella Yanuar F1B008001
Permisi.. ikut nimbrung Y :-)
ternyata kata "seeing is believing" jika dibalik susunannya menjadi "believing is seeing" juga akan merubah maknanya jd mesti berhati-hati dalam menyusun kata-kata y :-). Y berarti kita harus percaya dahulu bahwa perubahan itu ada dan dapat terjadi kapan saja, dengan begitu kita dapat menciptakan perubahan dan dapat meliatnya. kalau kita hanya menunggu' untuk dapat meliat perubahan baru akan percaya maka itu memerlukan waktu lama dan bisa saja walaupun sudah ada perubahan kita tidak mampu membaca dan merasaknnya, sehingga sulit untuk mempercayainya.

Comment by Sokawera Village on 20 Mei 2010 pukul 05.18

kami muncul lagi nih..
setelah dibaca", ada satu konsep yang benar" perlu suatu gemblengan untuk mewujudkannya, yaitu komitmen, saya rasa komitmen merupakan hal yang penting namun keberadaannya terkadang menjadi suatu hal yang bisa dikatakan simalakama,.hal ini sangat" menarik jika diuji dan dibahas saya rasa, karena siapapunp pasti akan bergulat dengan sebuah komitmen, dalam bentuk yang apapun, dan dalam keadaan yang bagaimanapun, bahkan terkadang memerlukan suatu pengorbanan sekecil atau sebesar apapun.......

setuJu????
>_<

Comment by The Wind Of Change on 20 Mei 2010 pukul 11.00

dessy andi riani
F1B008076
believing is seeing percaya adalah melihat ,kalimat yang sangat kuat,,kepercayaan menjadi kunci utama dalam perubahan ..
Mempercayai sesuatu untuk peruhbahan yang lebih baik ..^^
terima kasih coment juga ya diblog kelompok tiga
kelompoktigathewindofchange.blogspot.com

Comment by Success Leader (Organization Development) on 20 Mei 2010 pukul 17.36

Lulu Prianika F1B008099

Dari resume kelompok evolution saya tertarik pada kalimat "Selain pandangan (belief) tentang komitmen, keberhasilan perubahan juga ditadai dengan kepercayaan-kepercayaan lain yang melekat pada setiap individu."
komitmen dan saling percaya adalah dua hal yang mampu membuat suatu perubahan ke arah yang lebih baik.
Namun yang menjadi pertanyaan mampukah perubahan yang lebih baik diterapkan di Indonesia mengingat banyak sekali masyarakat kita yang kini kurang percaya terhadap para pejabat terlebih banyak skandal yang akhir2 ini muncul..

tolong comment juga di blog Success Leader,
mksi ^^

Comment by Endah Ratnasari on 21 Mei 2010 pukul 05.29

Endah Ratnasari (F1B008002)

komitmen yang mendorong keberhasilan. Kita semua bisa berhasil kalau semua orang komit. Komitmen mendorong kepercayaan dan semangat kerja. Tanpa ada komitmen mana ada pergerakan menuju perbaikan. Sebagai contoh lihatlah mereka orang-orang perantauan sukses dalam bisnis. Karena mereka mengatakan sukses diraih karena kerja keras, kejujuran dan keuletan. Kerja keras, jujur dan ulet merupakan pelaksanaan dari komitmen.
tetapi dewasa ini sangat sulit menemukan sesorang yang memiliki komitmen tinggi dalam suatu proses perubahan, jika ada pasti di iming-imingi dengan adanya kepentingan pribadi .

terimakasih, comment di blog METAMORPHOSIS yaa..^^

Comment by kelompok " INISIATOR" on 22 Mei 2010 pukul 08.53

deuis nisha yunitha f1b008047
orang-orang yang mempunyai pandangan lama akan mengalami kesulitan dalam perubahan. cara yang terbaik bagi mereka adalah menggunakan cara berfikir yang baru untuk memahami "the new battle field". pertanyaannya adalah bagaimana cara agar seseorang yang mempunyai pandangan lama untuk bisa memahami "the new battle field"????
haturnuhun....

Comment by Aza - Aza Fighting on 23 Mei 2010 pukul 21.26

aStri Astuti F1B008008

sebelumnya saya tertarik dengan materi yang kelompok ini bahas, salah satunya adalah mengenai percaya.
Pada kasus perusahaan milik negara misalnya, selama krisis ekonomi muncullah serikat pekerja karena ada ketidakpercayaan dari pegawai lagi serta adanya ancaman2 thd kelangsungan hidup mereka. Maka hal ini dapat dikatakan bahwa kepercayaan dari pekerja tsb sudah pupus, jika anda dalam posisi sebagai pemimpin, langkah apa yang akan dilakukan untuk mengembalikan kepercayaan tsb??

trimakasih,,

Comment by We Are Evolution on 25 Mei 2010 pukul 03.11

Akbar (F1B006022)

Berikut ini saya akan memberikan jawaban atas pertanyaan yang diberikan oleh Sdri. Deuis Nisha Yunitha dari kelompok 12:
Agar bisa efektif dalam mengelola perubahan, diperlukan kemampuan untuk menciptakan keterpaduan antara anggota organisasi, sumber daya, gagasan, peluang, dan tuntutan-tuntutan. Manajer butuh ketrampilan seorang konduktor orkestra. Visi penting, dan kreatifitas bahkan lebih penting. Namun, kemampuan menyusun rencana sistematis untuk penyediaan logistik sumber daya, dukungan, pelatihan, dan s.d.m. merupakan inti semua program perubahan. Karyawan mesti dibujuk dan dipengaruhi, lintas batas antar bagian diseberangi atau bahkan ‘dihapus’, gagasan-gagasan baru mesti diterima, cara kerja baru mesti diadopsi, dan standar baru kinerja dan kualitas mesti dicapai. Politik organisasi juga masalah krusial. Dukungan mesti dimobilisasi, koalisi dibangun serta didukung, oposisi harus diidentifikasikan dan dirangkul. Karyawan perlu dukungan agar mampu mengatasi stres, kecemasan dan ketidakpastian selama proses perubahan. Sebagian tradisi dan aturan dijungkirbalikkan untuk memberi tempat bagi yang baru. Namun demikian, kontinyuitas dan tradisi memberi stabilitas, support, dan makna bagi pekerja dan tidak perlu dihancurkan begitu saja tanpa pertimbangan.

semoga anda puas dengan jawabannya, terima kasih.. ditunggu lagi tanggapannya:)

Comment by We Are Evolution on 25 Mei 2010 pukul 03.42

Akbar (F1B006022)

Saya ingin mencoba menjawab pertanyaan dari Sdri Astri Astuti dari kelompok Aza Aza Fighting. Apabila saya diposisikan sebagai pemimpin di dalam kondisi yang anda sebutkan di atas hal yang akan saya lakukan adalah menimbulkan kepercayaan terlebih dahulu, karena memang permasalahan yang ada dari gambaran yang anda berikan karena hilangnya kepercayaan dari masyarakat. Kepercayaan harus dibangun, karena kepercayaan adalah unsur penting yang harus dimiliki oleh semua pihak pada setiap institusi kehidupan, mulai dari institusi keluarga, institusi pendidikan, institusi masyarakat, dan institusi pemerintah. Hanya melalui visi dan komitmen bersamalah kepercayaan bisa dibangun. Sementara itu cara yang dapat ditempuh untuk menumbuhkan kepercayaan itu adalah dengan beberapa cara berikut:

Pada dasarnya upaya membangun kepercayaan harus dimulai dari membangun sistem yang bercirikan adanya kompetensi, keterbukaan, reliabilitas, dan keadilan (lihat Reynolds, 1997).

1. Kompetensi (competence)
Kompetensi adalah kemampuan untuk melakukan tugas yang diperankan pada diri seseorang. Seorang menteri, anggota DPR atau pejabat negara lainnya baru akan dipercaya oleh masyarakat dipimpinnya apabila dia memiliki kompetensi di bidang yang menjadi tugasnya. Demikian pula dengan kepemimpinan di organisasi lain seperti parpol, ormas, atau komunitas.
2. Keterbukaan (openness)
Keterbukaan atau sifat transparansi tidak menutup-nutupi informasi tentang apa yang dilakkukan oleh seseorang dalam urusan bernegara dan berbangsa adalah suatu syarat mutlak untuk tumbuhnya kepercayaan (trust).
3. Reliabilitas (reliability)
Reliabilitas terlihat dari sejauh mana adanya keserasian antara kata dan perbuatan (walk the talk).
4. Keadilan (equity)
Perlakuan adil adalah dambaan setiap orang. Rakyat mengharapkan pimpinan yang adil. Kata adil ini sendiri sudah dimasukkan ke dalam falsafah negara Pancasila, yang berupa “Kemanusian yang adil dan beradab, dan “keadilan sosial bagi seluruh trakyat Indonesia”. Kata-kata adil adalah kata-kata yang banyak ditulis dalam kitab suci. Keadilan di dalam bidang hukum, ekonomi dan politik adalah hal yang masih perlu diperjuangkan di Indonesia. Ketidakadilan masih merupakan fenomena yang menonjol di Indonesia. Sebagai contoh, ketidakadilan dalam perlakuan hukum; orang yang punya kekuasaan lebih besar peluangnya untuk tidak tersentuh hukum, dibandingkan dengan orang yang tidak punya kekuasaan.

semoga anda puas dengan jawaban yang saya berikan, boleh klo masih ada tanggapan, terima kasih ya untuk pertanyaannya:)

Comment by We Are Evolution on 25 Mei 2010 pukul 04.33

Akbar (F1B006022)

Saya ingin mencoba memberikan tanggapan terhadap pertanyaan yang diberikan oleh Sdri Lulu Prianika dari kelompok Success Leader,
Saya pikir tidak ada yang tidak mungkin dalam mewujudkan sesuatu hal, terlebih pada masa ini dapat dilihat bahwa masyarakat Indonesia sudah pintar dan memiliki wawasan yang hebat, pemikiran mereka telah terbuka terlebih semenjak era demokrasi ini, sebenarnya yang menjadi masalah untuk saat ini adalah bagaimna pemerintah dapat memberikan kinerjanya yang sesuai dengan apa yang diinginkan oleh masyarakat, tentunya dengan prinsip2 yang ada, seperti keadilan, transparansi, dan lain sebagainya. permasalahan akan selalu ada, tergantung dari kita untuk menyikapi dan menuntaskan permasalahan tersebut, bila dihubungkan dengan realita yang ada bahwa pada saat ini banyak masalah yang timbul karena saya pikir pemerintah kurang serius dan fokus di dalam penyelesaian suatu masalah, hingga kerap timbul masalah yang satu belum selesai sudah mengurusi masalah lain, entah itu adalah perbuatan oknum2 tertentu yang ingin mengalihkan permasalahan publik lain hingga konsentrasi masyarakat berpindah kita belum tahu dan tidak bisa dipastikan, Wallahu Alam.

Terima kasih ya untuk pertanyaannya...

Comment by PRO AKTIF on 25 Mei 2010 pukul 21.02

sri wiyani F1B008102
saya mau bertanya mengenai,, apakah perbedaan antar pemimpin yang kharismatik dan pemimpin yang role model?
lalu manakah menurut kelompok saudara yang perannya akan sangat dibutuhkan dalam perubahan?

Comment by kelompokcentury on 25 Mei 2010 pukul 22.28

Asri Mawardiani (F1B008005)
Sblmnya trimakasih ats prtanyaannya,,
analisis turnaround digunakan pada saat suatu institusi, perusahaan maupun negara sedang dalam tahap kritis, namun kritis disini masih mempunyai ruang untuk bergerak, khususnya dalam meningkatkan efisiensi dan memperbaiki posisi daya saing.
dan untuk menghentikan turnaround itu sendiri, ketika suatu institusi, perusahaan, atau negara sudah merasa cukup dalam melakukan suatu perubahan tersebut atau tujuan suatu institusi itu telah tercapai..

Comment by We Are Evolution on 28 Mei 2010 pukul 19.51

Akbar (F1B006022)

Saya ingin mencoba menjawab pertanyaan yang telah diberikan oleh saudari Sri Wiyani dari kelompok Pro Aktif,
pertanyaan yang cukup membingungkan, mungkin akan lebih tepat jika pertanyaan yang diajukan seperti ini, "apakah perbedaan pemimpin yang cenderung berkarakter/ menjadi role model dan yang berperan sebagai co-learner?"

tapi, saya akan tetap mencoba menjawab pertanyaan yang diberikan,
mungkin sebatas memberikan terlebih dahulu mengenai perbedaan antara pemimpin kharismatik dan role model,

pemimpin kharismatik adalah salah satu dari sejumlah tipe kepemimpinan yang lainnya, seperti tipe otokratik, paternalistik,laissez faire, dan demokratik, tipe kepemimpinan kharismatik adalah seorang pemimpin yang memiliki karakteristik yang khas yaitu daya tariknya yang sangat memikat sehingga mampu memperoleh pengikut yang sangat besar dan para pengikutnya tidak selalu dapat menjelaskan secara konkret mengapa orang tertentu itu dikagumi. Pengikutnya tidak mempersoalkan nilai yang dianut, sikap, dan perilaku serta gaya yang digunakan pemimpin itu.

sementara itu role model adalah suatu keteladanan yang dapat diambil dari seorang pemimpin,atau dapat diartikan sebagai berikut role model dapat diartikan sebagai seseorang yang memberikan contoh dalam hal nilai-nilai (values), sikap (attitudes), dan perilaku (behavior) yang berhubungan dengan peran yang dibawakan.

jadi dapat disimpulkan seperti ini kesemua tipe kepemimpinan diharapkan dapat menjadi role model bagi para pengikutnya, entah itu kharismatik, otokratik, demokratik dan lain sebagainya..
moga bisa melihat perbedaannya yaa...
tapi terima kasih untuk pertanyaannya...
jangan bosen, ok.

Comment by We Are Evolution on 28 Mei 2010 pukul 19.57

Akbar F1B006022)

Maaf sebelumnya saya ingin menanyakan kepada Asri Mawardiani dari kelompokcentury, cepertinya anda salah menempatkan jawaban anda, seharusnya anda menjawab pertanyaan ke dalam blog kelompok anda sendiri, harap maklum ya, karena untuk menghindari kebingungan para pembaca.
Terima Kasih.

Comment by taufik hiadayat on 23 Juli 2020 pukul 14.31

contoh studi kasus nyata dalam dunia usaha seperti apa?

Posting Komentar